Kopi lebih dari sekedar minuman. Kopi telah berkembang dari minuman berenergi menjadi fenomena internasional. Ketika tanaman kopi, dan biji yang dihasilkannya, pertama kali ditemukan di Ethiopia pada abad ke-10, ketenarannya dengan cepat menyebar ke seluruh Semenanjung Arab dan pada abad ke-15 penanaman dan perdagangan kopi melonjak, terutama di Yaman.
Kopi menjadi sangat populer di seluruh Eropa pada abad ke-17, dengan kedai kopi bermunculan dan dengan cepat menjadi pusat aktivitas sosial di Inggris, Austria, Prancis, Belanda, dan Jerman. Saat ini, kopi dibudidayakan di lebih dari 70 negara, dengan produsen terbesar adalah Brasil, Vietnam, Kolombia, Indonesia, dan Etiopia.
Tetapi biji kopi bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna dan rasa tergantung pada wilayah dan kondisi tempat mereka ditanam. Ada lebih dari 100 spesies kopi, tetapi varietas komersial utama adalah Arabika, Robusta dan – pada tingkat yang lebih rendah – Liberica.
Buku The World Atlas of Coffee karangan James Hoffmann mengulas sedikitnya terdapat 120 jenis tanaman kopi yang sudah teridentifikasi. Namun di jalur komersial, hanya ada tiga jenis kopi menonjol yakni Arabika (Coffea arabica), Robusta (Coffea caniphora), Liberika (Coffea liberica), serta turunan Liberika yang punya biji lebih kecil berjenis Excelsa (Coffea excelsa or Coffea liberica var. dewevrei). Jenis Arabika dan Robusta merupakan biji kopi paling populer.
Secara kasatmata, jenis kopi bisa dikenali dari bentuk fisiknya. Biji Arabika bentuknya lebih lonjong, saat dibelah bagian tengahnya terdapat rekahan berkelok. Sedangkan biji Robusta, bentuknya cenderung bulat dan saat dibelah bagian tengahnya terdapat rekahan lurus. Sementara biji Liberika, ukurannya lebih besar dan bentuk bijinya asimetris.
Soal cita rasa, Arabika yang dulunya jamak dikembangkan di Brazil dan Ethiopia lebih kaya ketimbang varian lain. Kopi yang paling ideal ditanam di ketinggian 1.200 mdpl ini menghasilkan rasa kompleks namun dari sisi perawatan tanaman cukup rumit dan rentan penyakit. Tak heran jika harganya di pasaran lebih tinggi ketimbang Robusta.
Jenis-jenis kopi Arabika populer di Indonesia adalah kopi Gayo, Toraja, Wamena. Ada juga beberapa varian kopi Bali, Flores, serta belakangan bermunculan Arabika dari dataran tinggi Pulau Jawa seperti di Jawa Barat dan di Banyuwangi.
Sedangkan kopi Robusta, bisa ditanam di ketinggian di bawah 800 mdpl dan tahan serangan hama. Kandungan kafeinnya nyaris dua kali lipat kopi Arabika dan cita rasanya lebih pahit. Beberapa daerah yang terkenal dengan kopi Robustanya di Indonesia antara lain Lampung, juga beberapa wilayah penghasil kopi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Sementara itu, Liberika disebut memiliki cita rasa yang lebih seimbang antara pahit dan manisnya. Simbah menyebut kopi yang punya aroma mirip Nangka tersebut belakangan jamak dihasilkan di Pekalongan. Sedangkan Excelsa dikembangkan di Malang.
Jadi, Kopi mana yang menjadi favorit kamu? Silahkan jawab di kolom komentar ya.
Pingback: Perbedaan Kopi Long Black dan Americano - Cerita Kopi mallkopi
Pingback: Daerah Penghasil Kopi Terbesar di Indonesia, Ternyata bukan Lampung.
Pingback: Kafein dalam Kopi dapat mengurangi Resiko Batu Ginjal - mallkopi
Pingback: Ini dia Efek minum espresso setiap hari untuk tubuh Anda
Pingback: Apa itu Kopi Eugenioides? Berbedakah dengan Arabika? - mallkopi